Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

PMR JATENG

Selasa, 01 Oktober 2013

PMI Jawa Tengah bekerjasama dengan GRC dan ECHO mengembangkan kesiapsiagaan bencana di sekolah. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengurangi jumlah siswa yang menjadi korban ketika dan setelah bencana serta meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan kebersihan. Proyek ini dibuat berdasarkan keberhasilan PMI selama beberapa tahun terakhir ini dalam hal kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat. Proyek ini juga mendapat dukungan dari Palang Merah Jerman dan di danai oleh Komisi Eropa. Dalam proyek percontohan ini, menargetkan 15 sekolah di Kebumen dan 15 sekolah di Cilacap. Dikemudian hari diharapkan proyek ini dapat disebarluarkan ke seluruh Indonesia melalui PMI.

Kegiatan proyek
Proyek ini bekerja lebih banyak bersama palang merah remaja dimana kegiatan proyek ini juga akan akan menambahkan kegiatan baru kepada PMR mengenai kesiapsiagaan bencana serta proyek ini juga akan menyiapkan fasilitator dan pembina PMR terlatih bersama dengan media Komunikasi Informasi dan Edukasi mengenai bencana dan bagaimana melakukan pendataan terhadap resiko di lingkungan sekolah.
Materi dengan pemikiran tentang bagaimana bekerja dengan kesiapsiagaan untuk beragam tipe bencana akan dikembangkan dan diujicoba sebelum dicetak dalam bentuk final, dimana akan dipergunakan bagi PMR seluruh Indonesia.
Kegiatan tersebut masih berada diluar kurikulum formal, namun diharapkan lambat laun akan diintegrasikan kedalam mata pelajaran seperti bahasa, geografi, ilmu alam dan sebagainya.
Dalam proyek ini, PMR akan belajar bagaimana mengumpulkan data dan menggambar peta resiko dan bila memungkinkan penggunaan GPS dan komputer. Mereka akan menganalisa dan menentukan. bencana apa yang sesuai dengan lingkungan mereka. Misalnya mereka menentukan bencana gempa bumi, mereka akan belajar apa yang harus dilakukan bila gempa bumi datang, berlindung dibawah meja, melindungi kepala, berlari keluar gedung dan sebagainya. Mereka akan melakukan simulasi dimana mereka akan belajar apa yang harus di lakukan bilamana bencana terjadi. Yang harus dilakukan lainnya dapat juga berupa lemari dan furnitur lainnya menempel erat di dinding agar tidak berjatuhan dan melukai anak anak ketika gempa.
Tindakan lebih lanjut lainnya adalah memeriksa bangunan dan melihat apakah dapat dikembangkan tahan goncangan gempa bumi agar membutuhkan waktu lebih lama sebelum runtuh. Bila bangunan mampu bertahan lebih beberapa detik, hal itu berarti bahwa orang orang mempunyai waktu untuk keluar dari bangunan. Ruang kelas bangunan sekolah yang baik dapat bertahan hingga 15 detik, sehingga mengembangkan bangunan sekolah hingga tahan selama 15 detik sebelum runtuh daripada hanya selama 5 detik dapat menyelamatkan kehidupan.
Dapat juga berarti semua orang selamat atau semua orang menjadi korban ! PMI telah mengembangkan buku pegangan mengenai bagaimana membangun atau bangunan yang tahan gempa. Buku tersebut berjudul Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa. Bersama dengan PMI Cabang, PMR dapat meminta bantuan teknisi dari pemerintah setempat untuk membantu pendataan kualitas bangunan sekolah mereka dan apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkannya.
Gempa bumi dapat menghasilkan tsunami, sehingga bila sekolah berada di daerah pantai, anggota PMR dan siswa yang lain dapat mengetahui bagaimana bertindak dengan situasi ini. Mereka harus membuat sebuah sistem sehingga mereka dapat mendapat peringatan sedini mungkin bila ada kemungkinan tsunami. Misalnya membuat kesepakatan dengan masyarakat yang tinggal di sekitar pantai untuk melaporkan sesegera mungkin ke sekolah bila air laut surut tiba tiba atau menunjukkan kondisi yang aneh. Mereka harus membuat jalur evakuasi ke tempat aman, mengadakan lsimulasi rutin dan memastikan keterlibatan seluruh masyarakat.
PMR tidak akan mempunyai kegiatan mengenai jenis bencana alam yang sama terus menerus. Hal tersebut akan membosankan. Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat penting agar para pembina PMR dapat memfasilitasi kegiatan mencakup bencana yang cukup luas termasuk isu kesehatan dan kebersihan bahkan kecelakaan lalu lintas. Bekerja dengan cakupan luas mengenai bahaya dan ancaman dapat menciptakan budaya kewaspadaan dan kesiapsiagaan serta memberikan kontribusi dengan kegiatan yang menarik dan relevan bagi PMR. Bila isu kecelakaan lalu lintas memungkinkan untuk diangkat ke PMR, hal tersebut lebih dikarenakan jumlah korban kecelakaan kecelakaan lalu lintas di Indonesia lebih banyak daripada jumlah total korban beragam bencana alam. Lebih daripada 30 ribu orang menjadi korban meninggal pada kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya. Sebagian besar ada anak anak sekolah.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan di sekolah adalah pembuatan spot map, PMR menjadi pendidik sebaya di sekolah, kampanye kebersihan sampah, pembuatan jalur evakuasi, pengembangan ruang PMR dengan perlengkapan pertolongan pertama, tandu dan perlengkapan lainnya Para siswa menyebar luaskan pengetahuan mereka
Salah satu tujuan dari proyek ini adalah membawa pulang pengetahuan ini kerumah masing masing, sehingga keluarda dan masyarakat mereka mulaiberpikir lebih mengenai bahaya dan bagaimana penanggulangannya. Seringkali para orang tua tidak mendengarkan anak anak mereka oleh karena itu orang dewasa di masyarakat butuh dilibatkan untuk membantu para siswa membawa pengetahuan kesiapsiagaan bencana ke masyarakat. Oleh sebab itu PMI membentuk tim Sibat yang dilatih berdasarkan konsep PERTAMA PMI yaitu salah satunya pembuatan peta resiko dan rencana aksi di masyarakat. Dalam proyek ini juga mereka akan berpartisipasi dalam kegiatan PMR dan membantu PMR mengadakan pertemuan masyarakat dimana para siswa menyampaikan cara cara penanggulangan ancaman / bahaya.

Rencana Jangka Panjang
Proyek ini akan menghasilkan konsep untuk kesiapsiagaan bencana di sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar serta akan di sebarluaskan keseluruh Indonesia melalui sistem PMI. Untuk memastikan anggaran dna dukungan dari pemerintah, dinas pendidikan baik propinsi maupun kabupaten secara terus menerus dilibatkan dalam kegiatan proyek ini. Dengan menggabungkan keahlian PMI dalam kesiapsiagaan bencana dengan sistem di sekolah, proyek ini menjadi gabungan antara dua sistem besar dengan potensi untuk mencapai jumlah masyarakat yang besar.
PMI PROVINSI JAWA TENGAH
Jl. Tanjung 11 A Semarang
Telp/faks 024-3581424

PENTALOKA PEMBINA PMR WIRA

Anggota remaja PMI yang tergabung dalam Palang Merah Remaja (PMR) dipersiapkan menjadi kader PMI yang mempunyai karakter positif Kepalangmerahan dan mampu membantu melaksanakan pelayanan kepalangmerahan.
PMI Provinsi Jawa Tengah dengan dukungan Pemprov Jawa Tengah menyelenggarakan Pentaloka (Penataran dan Lokakarya) Pelatih PMR Wira (SMA) pada 18-24 Mei 2009, di Gedung Prof.DR.dr.H. Satoto, SpGK, Pusdiklat PMI Prov. Jawa Tengah.
Pembinaan PMR sekolah dituntut selalu kreatif dan innovatif dalam hal pengelolaan pelatihannya. Pembina diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi PMR untuk pengembangan materi dan Tri Bakti PMR.
Setelah pentaloka ini diharapkan peserta dapat menjadi inisiator bagi kegiatan PMR dengan mengembangkan Tri Bakti PMR yaitu Peningkatan Ketrampilan Hidup Sehat, Bakti Masyarakat dan Persahabatan Nasional dan Internasional, di PMI Cabang dan sekolah masing-masing.
Pengembangan generasi muda melalui pembinaan PMR Sekolah menjadi salah satu prioritas PMI dalam membentuk character-building remaja dalam bidang kepalangmerahan (kemanusiaan). Remaja merupakan aset masa depan yang perlu diarahkan dan dikembangkan sikap dan kemampuan menyikapi kondisi sekitarnya.
Anggota PMR dapat menjadi Peer educator bagi siswa lainnya. PMI Jateng saat ini mengembangkan anggota PMR dapat dan mampu menjadi fasilitator bagi sebayanya. Dengan partisipasi aktif PMR dimaksudkan agar menjadi sekolah siaga bencana, sehingga menjadi sekolah aman dan sehat.


Pentaloka Pembina PMR Madya

Anggota Remaja PMI yang tergabung dalam Palang Merah Remaja (PMR) dipersiapkan menjadi kader PMI yang mempunyai karakter positif kepalangmerahan dan mampu membantu melaksanakan pelayanan kepalangmerahan Untuk itu perlu pembinaan bagi anggota PMR, hal ini yang sering terabaikan dalam pembinaan PMR adalah bagaimana mengelola pelatihan PMR yang menunjang tiga kegiatan terpadu PMR (Tri Bhakati PMR) Selain itu perlu juga dipikirkankan bagaimana menjadikan kegiatan PMR tersebut menarik dan tidak membosankan.
Untuk itu pada tahun 2009 ini PMI Provinsi Jawa Tengah dengan dukungan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah akan menyelengarakan Pentaloka Pembina PMR Madya. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 11 – 16 Mei 2009 ini dibuka pada Senin siang oleh Ketua Pengurus PMI Jawa Tengah Bapak Sasongko Tedjo yang didampingi oleh Ibu Frida NRH selaku pengurus bidang SDM. Dalam pembukaan tersebut ibu Frida memberikan penjelasan umum tentang kegiatan ini, “ kegiatan Pentaloka ini merupakan kegiatan tahap kedua dari tiga tahap yang dilaksanakan dimana yang pertama diadakan untuk pembina PMR mula kemudian kali ini PMR Madya yang terakhir untuk Pembina PMR Wira”. Dalam Sambutannya bapak Sasongko memberikan motivasi kepada peserta,” Kegiatan pembinaan PMR merupakan tanggung jawab besar untuk membentuk karakter remaja Indonesia, sehingga kegiatan PMR yang bertujuan membentuk karakter dapat tercapai”.Hal ini sesuai dengan tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan kualitas PMR Madya yang berkarkater positif guna mendukung.

Sehingga diharapkan pembinaan PMR di Jawa tengah dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan untuk membentuk karakter remaja Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Total Tayangan Halaman

1,948

Blogger news

Blogroll

Most Reading